Selasa, 4 Februari 2020 (9 Shevat 5780)
Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
(Kel 1:17)
Takut Akan Tuhan
Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
(Kel 1:17)
Setelah Yusuf, bangsa Israel berkembang dengan
sangat cepat memenuhi Mesir (Kel 1:9). Bangkitnya
Firaun yang baru yang tidak mengenal Yusuf adalah awal dari perubahan kehidupan
keluarga Israel di Mesir. Mereka yang dahulunya menjadi warga kelas 1, sekarang
menjadi kaum yang marginal.
Dipaksa membangun kota Pitom dan Raamses (Kel
1:11), Israel tidak menjadi berkurang tapi justru semakin ditindas semakin
semakin bertambah.
Tetapi
makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang
mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. (Kel 1:12)
Pemeliharaan Tuhan atas Israel begitu
menakjubkan. Dari orang-orang sisa 70 orang (Kel 1:5), Israel berkembang
menjadi jutaan orang, sebuah bangsa lahir. Penindasan bukan menjadi halangan,
tapi justru menjadi pemicu pertumbuhan. Dalam keadaan kehidupan “dipahitkan”
Firaun (Kel 1:14), Israel tetap hidup karena janji Tuhan kepada Abraham, Ishak,
dan Yakub. Tuhan tidak pernah lupa.
Frustasi, Firaun mengeluarkan plot pembunuhan
massal untuk bayi-bayi laki Israel (Kel 1:14), tapi itupun digagalkan karena
ada dua bidan bernama Sifra dan Pua (Kel 1:15) yang takut akan Allah sehingga
berani mati menentang perintah langsung Firaun, yang pada waktu itu adalah
orang terkuat di dunia.
Takut akan Tuhan membuat Sifra dan Pua mengambil
keputusan yang benar. Salomo mengatakan bahwa Takut akan Tuhan adalah awal dari
pengetahuan (Ams 1:7). Takut akan Tuhan adalah sebuah ketetapan dan peraturan
yang bersifat kekal. Artinya, berlaku disemua masa, musim, dan era.
"Inilah
perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas
perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk
mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan
TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang
kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. (Ul 6:1-2)
Kekudusan, kebesaran, keagungan, kemuliaan, kemahakuasaan,
kemahadiran, dan kemahatuhan Tuhan membuat kita manusia seperti cacing (Yes
41:14) yang tanpa pertolongan Tuhan
tidak akan bisa hidup.
Yeremia memahami benar bahwa hanya orang-orang
yang mengandalkan Tuhan adalah orang-orang diberkati. Orang-orang yang mengandalkan
manusia adalah orang-orang yang terkutuk (Yer 17:5-8).
Hidup dalam takut akan Tuhan, diartikan
seperti hidup dengan selalu melihat wajah Tuhan (coram deo, latin),
selalu dalam hadiratNya membuka pintu-pintu mujizat dalam kehidupan
sehari-hari. Sifra dan Pua adalah orang-orang biasa yang luar biasa karena
takut akan Tuhan. Kita pun bisa.
Pendalaman Alkitab:
Kata takut dalam bahasa Yunani dipakai kata phobos
(G5401) yang artinya kengerian, teror, kekaguman, dan keheranan. Dari kata
phobos ini kita mendapatkan kata fobia atau ketakutan yang tidak rasional.
Takut akan Tuhan mengandung arti ada hal yang tidak bisa disebutkan dengan
kata-kata (irasional) mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, seperti
sebuah fobia. Ketika Yesaya (Yes 6), Paulus (Rom 7:23), Simon Petrus (Luk 5:8)
mengalami Tuhan, maka reaksinya adalah kesadaran akan kenajisan, status manusia
celaka, dan orang berdosa.
Hidup tanpa takut akan
Tuhan, adalah kebodohan terbesar manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar