Kamis, 06 Februari 2020

Kegelisahan Yang Menuntun

Kamis, 6 Februari 2020 (11 Shevat 5780)

Kegelisahan Yang menuntun
Bacaan : Kel 2:11-22

Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
(Kel 2:11-12)


Musa dibesarkan di Istana Mesir, seharusnya dia sudah berfikir dan hidup seperti orang Mesir. Tapi ternyata dia masih memiliki naluri sebagai seorang Ibrani. Ketika dia melihat saudara-suadaranya diperbudak dalam kerja paksa, Musa secara spontan memiliki keinginan untuk menolong.

Panggilan mandat Ilahi dalam diri Musa yang membuat dia tergerak, meskipun cara untuk menolong itu salah, tapi kegelisahan dalam dirinya itu yang menuntunnya. Kegelisahan Ilahi seperti Musa itu juga yang akan menuntun kita sehingga mampu melihat dan mengenali mandat kita, ketika kita menemukannya.

Salomo di masa tuanya mengajarkan tentang arti kehidupan dalam buku Pengkotbah, dan dia mengatakan untukan kita mengerjakan apa yang ditangan.

Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. (Pkh 9:10)

Ketika kita melihat, kita akan mengerti. Ketika akhirnya Musa harus lari dari Firaun selama 40 tahun dia dilatih menjadi gembala oleh mertuanya Imam Yitro, dan ketika akhirnya dia melihat semak belukar yang berapi, dia mengerti maka dia berbelok dari jalur yang biasanya.

Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu? (Kel 3:2-3)

Dalam perjalanan menemukan panggilan dan hidup kita, seperti Musa, kita terkadang memulai dengan salah jalan, tapi pada akhirnya kita akan mengerti. Untuk itu perlu 40 tahun di Midian, bagi Musa untuk akhirnya benar-benar paham Mandat Ilahi dalam hidupnya.

Musa harus menyimpang dari jalan-jalan yang biasa dia lalui, bahkan dalam kitab Ibrani dikatakan, “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun” (Ibr 11:24). Artinya, demi mandat Ilahi, dia keluar dari zona nyaman, dan mulai mengikuti jalan baru yang baru.

Bagi Musa, 40 tahun di istana Mesir, kemudian 40 tahun di Midian adalah persiapan bagi dia untuk menghidupi panggilan yang sebenarnya, yaitu melepaskan bangsa Israel dari Mesir, menuju tanah Perjanjian. Bukan hanya melihat dan mengerti, pada akhirnya kita semua harus menghidupi mandat Ilahi kita sampai selesai. Ijinkan kegelisahan Ilahi menuntun kita.

Pendalaman Alkitab:
Kata menuntun dalam bahasa Ibrani nachah (H5148)  diartikan sebagai sebagai menuntun, membimbing, memimpin, sampai kepada meluruskan, meletakkan, dan juga memindahkan dari satu tempat ke tempat lain (to transport). Maz 23:3 menggunakan kata nachah untuk memperlihatkan bagaimana Tuhan sebagai gembala kita menuntun kita kejalan-jalan kita. Nachah bukan hanya sebuah himbauan, tapi sebuah keharusan yang harus dikerjakan.

Langkah pertama membutuhkan keberanian, langkah terakhir membutuhkan ketaatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar