Jumat, 31 Januari 2020

Manusia Rohani

Jumat, 31Januari 2020 (5 Shevat 5780)


Manusia Rohani

Bacaan :  Kej 41:37-57

Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."  
(Kej 41:39-40)

Firaun di jaman itu adalah orang yang paling berpengaruh di seluruh dunia, tapi dia menyerahkan semua kekuasaan dan operasional kerajaan Mesir kepada seorang tahanan. Yusuf "hanya mengartikan" mimpi Firaun, dan juru minum, tidak memiliki pengalaman sebagai penguasa, belum pernah bertemu dengan Firaus sebelumnya, tidak memiliki latar belakang apapun untuk bisa menduduki jabatan setinggi itu.  Pertanyaannya, bagaimana mungkin?
Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?"  (Kej 41:38)
Yang dilihat Firaun dari Yusuf adalah Roh Allah yang memenuhi dirinya. Frasa " in whom is a divine spirit?" (NASB) memperlihatkan bukan hanya dipenuhi, tetapi adalah ruach elohim (Ibrani) itu sendiri.  Artinya, Firaun melihat Yusuf bukan sebagai manusia biasa, tapi sebagai manusia rohani, atau manusia Allah yang adalah bagian yang manunggal dengan Allah.

Kata memberitahukan dipergunakan menggunak kata yada (Ibrani)  yang artinya mengenal dengan intim seperti suami istri. Yusuf hidup didalam rencana Tuhan, dan Tuhan hidup didalam Yusuf melalui pengenalannya akan pribadi Tuhannya.  Itu yang membuat  Firaun yang adalah perwakilan dewa-dewa Mesir, dan dipercaya sebagai bagian dari dewa ra (dewa matahari) mengenali Ruach Elohim, yang lebih berkuasa, bijaksana, dari dirinya sendiri. 

Paulus menyebut Timotius sebagai manusia Allah (theos antrophos theos) sebuah sebutan yang merujuk atau sinomin kepada manusia rohani (pneumatikos anthropos) (Kor 2:
Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. (I Tim 6:11)
Kesatuan Ilahi (oneness) antara Tuhan dan kita adalah satu-satunya cara kita menjadi manusa rohani yang memiliki pikiran, perasaan, dan kehendakNya (1 Kor 2:14-16; 3:1; Gal 6:1-2). Yesus memberikan penjelasan kebenaran ini dengan memberikan perumpamaan pokok anggur, dan carangnya (Yoh 15). 

Diluar manusia rohani ada manusia jiwa (psukikos anthropos) (1 Kor 2:14, Yak 3:15; Yud 1:19) yang melahirkan kemampuan alamiah manusia atau manusia daging (sarkikos anthropos) (Rom. 7:14, 1 Kor 3:1,3) yang melahirkan hawa nafsu dan kemampuan berdosa manusia. 

Yusuf tidak hanya seoarang yang secara alamiah bertalenta, atau menggunakan cara-cara berdosa untuk mengerjakan mimpi-mimpi Tuhan didalam hidupnya. Tapi Yusuf selalu hidup dalam pimpinan Roh Allah, sehingga Tuhan yang didalamnya bersinar, muncul, dan dikenali Firaun.

Kehidupan rohani seperti Yusuf yang harus kita jadikan sebagai contoh bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia, menyelesaikan mandatNya. Tidak cukup kita melatih kepintaran, dan kepandaian kita secara alamiah, tapi kita harus selalu fokus mendewasakan ciptaan yang baru (II Kor 5:17).  Ciptaan yang baru itu harus bertumbuh dewasa dan menjadi manusia rohani yang dewasa sehingga memiliki otoritas dan kuasa sepert Yusuf.


Pendalaman Alkitab:
Kata mengenal dalam bahasa Yunani dipakai kata ginosko (G1097) yang artnya mengerti, memahami, mengerti, menyadari, sampai kepada taraf hubungan terintim suami istri. Bukan hanya mengerti sebatas tahu dari luar, tetapi ginoskow memperlihatkan penyelarasan total sehingga apa yang Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan menjadi manunggal dengan kita.  Doa terkahir Yesus sebelum perjalanan ke Golgota adalah soal pengenalan, dan kesatuan Ilahi, " supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau" (Yoh 17:21).



Apabila semua adalah Tuhan dan bukan kita, apa yang kita bisa banggakan?


Kamis, 30 Januari 2020

Mengartikan Petunjuk

Kamis, 30 Januari 2020 (4 Shevat 5780)


Mengartikan Petunjuk

Bacaan :  Kej 40:1-23

Jawab mereka kepadanya: "Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu kata Yusuf kepada mereka: "Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku."
Kej 40:8

Perjalanan Yusuf, generasi keempat dari Abraham, adalah perjalanan rohani yang luar biasa. Mulai dari rumah Yakub, Potifar (Kej 39:1-19), sampai akhirnya masuk penjara (Kej 39:20), dan akhirnya diangkat menjadi orang kedua di negara adikuasa waktu itu itu, Mesir (Kej 41:41), Yusuf secara khusus diberikan mimpi-mimpi Ilahi.

Diawali dengan mimpi tentang gandum serta berkas-berkasnya, dan matahari, bulan, dan sebelas bintang (Kej 37:7-9), Yusuf memulai perjalanannya sampai pada akhirnya dia memenuhi tujuan akhirnya untuk menyelamatkan keluarga Yakub.  Keluarga yang hanya sisa sekitar 70 orang (Kel 1:1), tapi menjadi benih bangsa yang besar, Israel.  
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.  (Kej 50:20)
Perjalanan Yusuf menjadi berhasil sampai akhir karena dia mengikuti petunjuk-petunjuk Tuhan tanpa melepaskan tujuan akhir. Selangkah demi selangkah, Tuhan menuntun kita seperti Dia menuntun Yusuf seperti seorang Gembala (Maz 23).  

Pasal terpanjang dalam Mazmur 119 memperlihatkan bagaimana Daud bergantung sepenuhnya dengan perkataan Tuhan (FirmanNya), dan selalu bertanya jalan-jalanNya, "Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku." (Maz 119:4)

Dalam peperangan untuk mengambil alih Yerusalem, Daud melawan musuh yang sama (Filistin), dua kali pertempuran, dua kali juga Daud bertanya, dengan dua strategi yang berbeda yang diberikan Tuhan. Akhirnya, kedua pertempuran itu dimenangkan  Daud.
bertanyalah Daud kepada TUHAN: "Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?" TUHAN menjawab Daud: "Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu." (II Sam 5:19)
maka bertanyalah Daud kepada TUHAN, dan Ia menjawab: "Janganlah maju, tetapi buatlah gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka, sehingga engkau dapat menyerang mereka dari jurusan pohon-pohon kertau.  (II Sam 5:23)
Secara naluri, setelah kemenangan pertama Daud akan melakukan strategi yang sama, tetapi lagi-lagi Daud bertanya kepada Tuhan dan percaya petunjukNya.  Pola strategi "selalu bertanya" inilah yang membuat Daud tidak pernah kalah perang.
".... TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang." (I Taw 18:6b)
Tuhan selalu bicara kepada kita (Yoh 10:27) memberikan petunjuk-petunjukNya. Siapa menyangka bahwa teman dalam penjara Yusuf, yaitu juru minum Firaun, akan menjadi tokoh penting yang membawa mujizat.

Yusuf percaya bahwa "...Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi?..." (Kej 40:8) itulah yang membuat dia berhasil sampai tujuan akhir (destiny). Petunjuk Tuhan ada disekitar kita, dan Dia bicara melalui banyak hal, dan Roh Kudus yang akan membantu kita untuk mengartikan setiap petunjuk itu (Yoh 16:13). 

Biarlah doa Paulus menjadi doa kita bersama, tiap hari kita membutuhkan hikmat dan wahyu Tuhan untuk mengerti jalan-jalanNya (Ef 1:17)

Pendalaman Alkitab:
Kata hikmat dalam bahasa Yunani dipakai kata sophia (G4678) dari kata dasar sophos (G4680) diartikan dan berhubungan dengan kecerdasan, kebijaksaan, kemampuan, ilmu pengetahuan, belajar-mengajar. Jemaat Korintus menggambarkan dengan jelas perbedaan hikmat manusia dan Allah yang berbeda (I Kor 2:6-7).  "Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus." (I Kor 2:16)


Kalau kita mengerti hatiNya, kita mengerti pikiranNya


Rabu, 29 Januari 2020

Hati & Pikiran

Rabu, 29 Januari 2020 (3 Shevat 5780)


Hati & Pikiran

Bacaan :  Kej 37:1-11

Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? ...  Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya. 
(Kej 37:9-11)

Riwayat keluarga Abraham yang turun ke Ishak, dan akhirnya sampai kepada Yakub yang menjadi Israel, akhirnya sampai kepada keluarga Israel dengan 12 anak yang pada akhirnya menjadi 12 suku Israel.  Sebuah perjalanan rohani yang memperlihatkan rencana penyelamatan kekal (Yes 42:6), sekaligus memperlihatkan perjalanan benih dosa yang akhirnya berbuah kejahatan-kejahatan yang dahulunya tidak dikenali manusia.

Iri hati adalah buah dosa secara konsisten muncul sejak peristiwa pembunuan  Habel oleh Kain, karena korbannya tidak dindahkan Tuhan, maka Habel iri hati dan akhirnya marah, sampai membunuh (Kej 4:4-8).  

Pertikaian antara Abraham dan Lot, Sarah dan Hagar, Abimelekh dan Ishak,  sampai  Yakub dan Laban memperlihatkan perjalanan dosa iri hati ini termanifestasi dalam setiap generasi. Dan kitab Kejadian ditutup dengan kisah Yusuf dan saudara-saudarnya kembali memperlihatkan bahwa iri hati adalah ragi dosa yang memiliki daya rusak yang sangat besar.
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. (Yak 3:16)
Iri hati saudara-saudara Yusuf membuat mereka gelap mata sehingga membuang, mencoba membunuh, menipu ayahnya bertahun-tahun, sebuah jalan hidup yang rusak, padahal mereka adalah generasi penerus Abraham yang mendapat janji Tuhan.

Yesus mengajarkan bahwa dari dalam hati muncul semua hal yang jahat (Mat 15:19, Mat 7:21). Yeremia menggambarkan hati manusia itu licik (Yer 17:9). Yehezkiel melihat bahwa hati yang baru adalah solusi atas kondisi hati setelah dosa masuk (Yeh 36:26).

Di gunung Sinai, Tuhan memberikan dua loh batu kepada Musa, dan menuliskan hukum-hukumnya untuk Israel. Kehadiran Yesus yang menggenapi Taurat (Mat 5:17-18), telah membuka pintu untuk hukum itu tidak lagi hanya menjadi sebuah aturan yang mengatur perilaku, tapi hukum menjadi sebuah kehidupan yang tertulis di loh-loh hati manusia.
Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.  (II Kor 3:3)
Hati manusia adalah sumber kehidupan. Sebab itu, seluruh perjalanan iman berpusat kepada hati, bukan hanya sekedar "merubah pikiran." Pertobatan adalah perubahan pikiran dari waktu ke waktu (Rom 12:1-2), sebuah proses yang terjadi karena kekuatan Injil (Rom 1:16) yang mengubah dari hati. 
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Fil 4:7)
Artinya, tidak akan ada perubahan pikiran, tanpa hati yang sudah dirubahkan. Seperti pusat pembangkit listrik, dan jaringan listrik itulah anologi hati dan pikiran.  Hati adalah pusat pembangkit listrik yang melahirkan energi, sementara itu pikiran kita memiliki pola-pola yang harus dirubah sesuai kebenaran Firman. 

Bukan hanya memiliki pola yang benar, tapi untuk dapat melakukan dan menghidupi, kita membutuhkan kekuatan Ilahi yang disebut urapan itu dari dalam hati. "
Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia. (I Yoh 2:27)

Pendalaman Alkitab:
Kata pengurapan dalam bahasa Yunani dipakai kata chrisma (G5445) yang sesuatu yang dioleskan, salep yang dalam tradisi Yahudi dipergunakan untuk pelantikan iman dalam bentuk minyak, dan jamu-jamu yang beraroma. Pengurapan ini yang membedakan antara kemampuan manusia dan Tuhan.  Urapan yang membawa kemenangan dalam peperangan (Maz 20:7). Yesus disebut Kristus (Christos, G5547) artinya yang diurapi. Sebab itu Yesus yang didalam kita (Gal 2:20) itulah sumber pengurapan.


Peperangan terbesar kita terletak antara hati dan pikiran.  

Selasa, 28 Januari 2020

Penyerahan & Pernyataan

Selasa, 28 Januari 2020 (2 Shevat 5780)


Penyerahan & Pernyataan

Bacaan :  Kej 35:1-15


Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya
(Kej 35:7)

Di Betel, Yakub pertama kali bertemu langsung dengan Tuhan. Setelah dia kembali dari pelariannya, maka dia membangun mezbah kembali ditempat yang yang sama. Dan kembali Tuhan menyatakan diri kepadanya, dan meneguhkan namanya yang baru, Israel (Kej 35:10). 

Yakub bergumul sepanjang malam dengan Tuhan sebelum bertemu dengan Esau setelah sekian lama berpisah di Pniel, dan akhirnya dia menemukan identitas dirinya. Ketika dia ditanya oleh Malaikat Tuhan siapa namanya, maka dia menyebut dirinya Yakub.
Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." (Kej 32:27)
Ketika masih dirumah Ishak, bapanya, saat dia melakukan penipuan identitas, Ishak bertanya hal yang serupa.
 Demikianlah Yakub masuk ke tempat ayahnya serta berkata: "Bapa!" Sahut ayahnya: "Ya, anakku; siapakah engkau?"  Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu...(Kej 27:18-19)
Terlihat cerita paralel yang memperlihatkan akar permasalahan Yakub, yang akhirnya harus dia selesaikan sendiri. Yakub kehilangan identitas, dan selalu menjadi Esau, sebab itu dia selalu ketakutan bertemu dengan Esau.  Dan Tuhan paksa dia sampai di Pniel untuk menyelesaikan permasalahan utamanya. 

Karena dia menang, maka akhirnya Yakub menjadi Israel, "...Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." (Kej 32:28)

Perjalanan rohani Yakub sampai ke El-Betel adalah sebuah model perjalanan rohani "orang biasa" yang akhirnya menjadi luar biasa karena penyerahan dan pernyataan.  Yakub hidup dari pernyataan kepada pernyataan, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada setiap pernyataan Tuhan, yang menjadi tuntunan bagi hidupnya.

Kata El-Betel mengandung dua kata Ibrani El yang artinya Elohim, atau Tuhan. Di El-Betel, Tuhan menyatakan kembali PribadiNya kepada Yakub, dan memastikan bahwa dia bukan Yakub lagi tapi Israel. El-Betel berarti Tuhan menjadi Tuan atas Betel (God of Bethel). Di El-Bethel lah pernyataan dan penyerahan total bertemu, akhirnya Tuhan menjadi tuan atas diri Yakub.

Bukan Abraham, bukan Ishak, bukan pula Yusuf, tapi dari Yakublah lahir kata Israel, yang akhirnya menjadi nama satu bangsa, yaitu bangsa pilihan.  Yakub hidupnya paling lemah dibanding Abraham, Ishak, atau Yusuf.  Terlalu banyak kesalahan, dan kelemahan. Tapi justru dari seorang Yakublah, identitas satu bangsa dilahirkan.  
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (II Kor 12:9)
Seperti Yakub, Tuhan mau menggunakan kelemahan kita untuk menyatakan bahkan menyempurnakan kuasaNya.  Melalui setiap pernyataanNya, Tuhan bicara kepada kita, sebagai domba-dombaNya (Yoh 10:28).

Bagian kita hanya berserah total, sampai kita menemukan panggilan, identitas, dan redemptive destiny (tujuan penebusan) kita masing-masing. Kita bukan Yakub, apalagi Esau, tapi kita adalah Israel-Israelnya Tuhan yang dipanggil untuk menjadi berkat.  Siapakah namamu?

Pendalaman Alkitab:
Kata menyatakan dalam bahasa Ibrani dipakai kata galah (H1540) yang artinya membuka, melepaskan sesuatu, telanjang, menemukan, menghapus, menyingkirkan, mencopot. Ada kerudung (Yes 25:7) yang menutup mata kita untuk bisa melihat, mengerti, dan memahami Tuhan. Sebab itu butuh Tuhan sendiri yang membuka diri, dan "telanjang" sehingga kita bisa melihat.  Dan posisi itu adalah posisi keintiman antara suami dan istri yang dalam bahasa Yunani dipakai kata ginosko (G1097).  


Tanpa keintiman, kita tidak akan mampu melahirkan apapun.


Senin, 27 Januari 2020

Melihat Sendiri

Senin, 27 Januari 2020 (1 Shevat 5780)


melihat Sendiri

Bacaan :  Kej 26:1-35

Jawab mereka: "Kami telah melihat sendiri, bahwa TUHAN menyertai engkau; sebab itu kami berkata: baiklah kita mengadakan sumpah setia, antara kami dan engkau; dan baiklah kami mengikat perjanjian dengan engkau,
(Kej 26:28)

Karena kelapran yang terjadi, Ishak pergi ke Gerar daerah Filistin di zaman Raja Abimelekh. Tuhan sendiri yang menyatakan langkah itu ke Ishak (Kej 26:2-5) bahwa penyertaan Tuhan kepada Ishak tetap meskipun berada di tanah orang asing. 

Berada di negeri orang, Ishak mulai bekerja. Dikatakan dia mulai menabur benih di tanah Gerar. Ditahun yang sama, Ishak mendapatkan hasil 100 kali lipat. Bahkan dikatakan ia menjadi kaya, kian kaya, dan sangat kaya.
Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. (Kej 26:12-13)
Ishak diberkati.  Hanya itu yang bisa menjelaskan bagaimana dia bisa bisa menuai ditahun yang sama, bahkan menjadi sangat kaya. Bahkan raja Abimelek mengatakan, "..Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau telah menjadi jauh lebih berkuasa dari pada kami." (Kej 26:16)

Esau pun pergi menjauh ke lembah Gerar, dan mulai menggali sumur-sumur tua yang ayahnya Abraham pernah menggali. Dimulai dari Esek (Kej 26:20) dan Sitna (Kej 26:21), kedua sumur itu menimbulkan pertengkaran dengan gembala Gerar, maka dia pergi lagi menggali Rehobot (Kej 26:22), dimana dikatakan Tuhan memberikan kelegaan.  Tetapi "kelegaan" pun tidak cukup, Ishak tetap pergi sampai ke Bersyeba untuk mencari air, akhirnya di Bersyeba-lah Abimelekh dan Pikol panglima perangnya mengatakan, "Kami telah melihat sendiri, bahwa TUHAN menyertai engkau;..." (Kej 26:28a)

Mereka mengadakan perjanjian damai dengan Ishak, dan saat itulah di Bersyeba, Ishak menemukan mata air yang tidak berhenti lagi. 
Pada hari itu datanglah hamba-hamba Ishak memberitahukan kepadanya tentang sumur yang telah digali mereka, serta berkata kepadanya: "Kami telah mendapat air."  (Kej 26:32)
Frasa "Pada hari itu" memperlihatkan di saat yang tepat, tidak pernah terlambat, atau terlalu cepat, dan selalu tepat, itulah waktuNya Tuhan.  Tepat setelah perdamaian dengan penguasa tanah Gerar, maka mata air Bersyeba ditemukan. 

Ishak memperlihatkan kepada kita bagaimana hidup dalam kehendak, cara, dan waktu Tuhan adalah hidup dalam lingkaran berkat Ilahi.  Orang lain bisa melihat Ishak dari apa yang dikerjakannya. 

Mula-mula orang-orang dunia akan iri, setelah itu kagum, akhirnya menjadi takut akan Tuhan. Karena ada otoritas dan kuasa dari apa yang dikerjakan Ishak.  Abimelekh dan Pikol menggambarkan "penguasa tanah" atau "orang kuat" (stronghold) yang menguasai tanah Gerar.

Dengan cara Tuhan, di waktu Tuhan, Ishak dapat menaklukan mereka bukan dengan perang, tapi melakukan yang benar (kehendak Tuhan).  Ishak menghindari pertikaian (sama dengan Abraham dan Lot), Ishak mengikuti jejak-jejak Abraham, dan Ishak tidak pernah berhenti.  Ishak hanya melakukan apa yang harus dilakukan sebagai anak Abraham, dan dia diberkati.

Sebagai murid Yesus, yang perlu kita lakukan hanya mata kita tertuju kepada Yesus (Ibr 12:2), dan sebagai hambaNya kita hanya melakukan apa yang harus kita lakukan (Luk 17:10), dan sebagai anak kita hanya bisa mengerjakan apa yang Bapa kita kerjakan (Yoh 5:19).  Karena sebenarnya anak-anak Tuhan dinantikan segala makhluk (Rom 8:19). Mereka melihat Yesus didalam kita!

Pendalaman Alkitab:
Kata altar dalam bahasa Ibrani menggunaka kata mizbeach (H4196) yang diterjemahkan mezbah, berasal atau berhubungan langsung dengan kata zabach (h2076) yang berarti mengorbankan, membantai, menjagal. Artinya, Setiap kali membangun mezbah, selalu ada korban yang diberikan. Salib adalah altar dan mezbah terbesar dimana anak domba Allah dikorbankan dan disembelih (Yoh 1:29, Why 5:12) 


Yesus didalam kita adalah kehidupan yang sebenarnya.


Minggu, 26 Januari 2020

Melangkah Keluar

Minggu, 26 Januari 2020 (29 Tevet 5780)


Melangkah Keluar 

Bacaan :  Kej 25:27-34

Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.
(Kej 25:28)

Konflik keluarga dalam keluarga Ishak, dimulai dari respon Ishak dan Ribka yang salah dalam mengasuh dua anak kembarnya. Ishak dan Ribka memilih-milih dalam mengasihi. Hal yang sama terjadi dalam keluarga Abraham, Ismael dan Ishak adalah korban dari keluarga yang bermasalah.  Dan ternyata, permasalahan dalam keluarga Ishak akhirnya "menurun" juga kepada keluarga Yakub. 

Seluruh anak-anak Yakub bersekutu untuk menipu dan membunuh Yusuf adik yang disayang Yakub karena kebencian (Kej 37:3-4). Sebuah gambar keluarga yang salah didik, dan tidak berfungsi normal.  
Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.  Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. (Kej 37:3-4)
Ketika sampai generasi ke-4, dua anak Yusuf, Efraim dan Manasye, mengalami hal yang sama seperti Esau dan Yakub. Yang bungsu menjadi tuan atas yang sulung (Kej 48:13). Efraim si sulung diberkati dengan tangan kiri, dan Manasye dengan tangan kanan. Bahkan sampai generasi ke-empat, "pola rohani" Ismael-Ishak, Esau-Yakub, dan Efraim-Manasye masih terjadi.

Keempat Bapak  utama dalam sejarah Israel, yaitu Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf kesemuanya mengalami pola masalah keluarga yang sama, terutama tiga generasi yang pertama.  Bahkan masalah keluarga Abraham secara rohani sampai sekarang tetap menjadi masalah.  Keturunan Ismael, dan Ishak tidak pernah bisa menjadi satu, bahkan berperang satu dengan yang lain (Gal 4:24).

Dalam cerita yang lain, Samuel lahir dari keluarga yang berantakan, ayahnya Elkana mengambil istri muda Penina, yang menyakiti ibunya Hana (I Sam 1:1-6).  Ditambah, Samuel dipelihara keluarga Imam Eli juga mengalami masalah karena kedua anaknya yang bejat Hofni dan Pinehas (I Sam 3, 4).  Akhirnya, kedua anak Samuel (Yoel dan Abia) pun bermasalah danketika menjadi hakim atas Bersyeba mengejar laba, dan memutarbalikkan keadilan (I Sam 8:1-3)

Kalau cerita ini  dilanjutkan, pola yang sama terus terjadi.  Samuel yang mengurapi Daud menjadi Raja Israel bisa dianggap seperti "bapa rohani" dari Daud,  kemudian kita melihat bagaimana Daud mengalami konflik-konflik keluarga dengan anak-anaknya. Bahkan menjadi Mazmur yang memperlihatkan betapa pedihnya hati Daud, ketika dia harus perang dengan keluarganya sendiri.
Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya. Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang yang berkata tentang aku (Maz 31:1-3)
Kita hidup dalam keluarga, dididik dalam sebuah sistem budaya masyarakat, dan secara rohani pun kita berasal dari Adam dan Hawa yang memang mewariskan tabiat dosa. Artinya, banyak pola-pola leluhur, dan nenek moyang kita yang kadang sadar, ataupun seringkali tidak sadar kita hidupi terus menurus.

Inilah yang disebut kutuk generasi, yang kita harus bisa keluar dari itu. Didalam Yesus semua kutuk sudah dilepaskan, dan semua perjanjian sudah diperbaharui.  Tapi kita harus mengerti si jahat adalah jaksa pendakwa (Why 12:10) yang sangat teliti dan terus mengaum seperti singa, untuk memastikan kita tidak menikmati berkat-berkat yang seharusnya kita terima di dalam Yesus (I Pet 5:8).
Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka.  (Rat 5:7)
Kita harus keluar dari pola, kutuk, dan hidup yang lama, dan memulai lagi yang baru bersama dengan Yesus Kristus.  Hidup dalam janji, dan menghidupi maksud abadiNya (Ef 3:11). Paulus mengatakan aku melupakan semua yang dibelakang dan menganggap itu sampah, dan berlari kepada tujuan (Fil 3:8). Itulah yang harus juga kita kerjakan.

Pendalaman Alkitab:
Kata kutuk dalam bahasa Ibarai digunakan kata arar (h779), dan kata katara (G2671) diartikan pahit, jijik, sumpah, laknat. Sebuah kondisi terikat yang terjadi karena akibat sebuah hukuman yang bersifat supranatural. Artinya, kita tidak bisa melepaskan kutuk dengan kekuataan biasa. Yang bisa melepaskan kutuk hanyalah, kuasa yang lebih besar dari kutuk itu sendiri. Itulah sebabnya korban Yesus dikayu salib dinubuatkan dengan istilah, "terkutuklah orang yang digantung dikayu salib" (Gal 3:13). Yesus terkutuk untuk kita, supaya melalui kebangkitanNya kita dilepaskan.


Hanya orang bebas yang bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan.


Sabtu, 25 Januari 2020

Penyertaan Ilahi

Sabtu, 25 Januari 2020 (28 Tevet 5780)


Penyertaan ilahi

Bacaan :  Kej 28:10-18

Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu
(Kej 28:15)

Yakub memulai "perjalanan rohani" keluar dari rumah Ishak dan Ribkah, setelah diberkati hak kesulungan, sebenarnya karena melarikan diri dari kakaknya Esau. Konflik dengan Esau terjadi karena Esau mendendam (Kej 27:41) akibat ditipu Yakub. 

Dari peristiwa tersebut arti kata Yakub yang dikiaskan sebagai penipu berasal.  Meskipun sebenarnya kalau dilihat dari akar kata Yahudi sendiri, nama Yakub memiliki arti kata menumit, membuntuti dengan seksama, yang tidak merujuk kepada penipu, tapi justru kepada sebuah penggenapan nubuatan besar (Kej 3:15), ""...keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Bukan hanya sejak dalam kandungan bertolak-tolakan, tapi seteelah keluar bayi Yakub sudah memegang tumit Esau, sesuai namanya, membuntuti dengan seksama.
Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir. (Kej 25:26)
Sejak dalam kandungan, keluar kandungan ditambah dengan peneguhan Tuhan (Kej 25:23) tentang dirinya memperlihatkan bahwa memang Yakublah yang akan memiliki hak kesulungan bukan Esau. 

Seharusnya, Ribkah dan Yakub tidak perlu berkonspirasi untuk nubuatan itu terjadi, tapi karena kekuatan "buah baik dan jahat", maka justru akhirnya Yakub harus menjadi seorang penipu untuk apa yang yang dijanjikan Tuhan sendiri.

Esau sendiri sejak awal memang tidak mengerti hati Ishak dan Ribkah, dia menikah orang-orang Kanaan, yang tidak direstui.
Ketika Esau telah berumur empat puluh tahun, ia mengambil Yudit, anak Beeri orang Het, dan Basmat, anak Elon orang Het, menjadi isterinya. Kedua perempuan itu menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka.  (Kej 26:34-35)
Jadi bukan karena hanya sepiring kacang merah, dan kemudian penipuan ketika Yakub berpura-pura menjadi Esau (Kej 27:18-19), tapi karena memang ada rencana Allah yang besar dalam diri Yakub yang harus digenapi, sehingga Tuhan terus menyertai "si penipu" ini.

Ketika akhirnya harus lari dari Esau, untuk pertama kalinya, di Bethel, Yakub bertemu sendiri dengan Tuhannya Ishak dan Ribkah, yaitu Tuhannya Abraham.  Dan Yakub menerima janji yang sama yang diterima Abraham, dan Ishak.
Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.  Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu. (Kej 28:13-14)
Yakub dalam segala kekurangannya, dia tetap disertai Tuhan. Itulah yang disebut penyertaan tanpa syarat. Penyertaan Tuhan tidak lahir dari kebaikan manusia, tetapi dari janji-janjiNya. Apa yang dilakukan Ribkah dan Yakub, tidak berbeda banyak dengan apa yang dilakukan Abraham dan Sara ketika mengambil Hagar menjadi istri ke-2, yang berakibat lahirnya Ismael yang menjadi masalah sampai sekarang. 

Semunya itu adalah buah dari pohon baik dan jahat yang dimakan Adam dan Hawa.  Benih dosa ini tidak pernah berhenti, tapi terus berkembang, dan pada akhirnya melahirkan maut (Rom 6:23). Sebab itulah daging harus dimatikan, dan kita hidup dengan cara baru, yaitu di dalam kebangkitan Yesus Kritus sehingga kita bisa memiliki hidup yang baru, cara yang baru, karena kita adalah ciptaan yang baru (II Kor 5:17)

Pendalaman Alkitab:
Kata Bethel (H1008) berasal dari kata dua kata Ibrani yaitu, bayith (H1004), dan El (H410).  Kata bayith berarti rumah, tempat tinggal, penampungan, rumah tangga. Sementara itu El berarti Tuhan, kekuatan, kuasa.  Bethel adalah tempat pertemuan dengan kuasa dan pribadi Tuhan yang maha kuasa, sehingga akhirnya tempat itu menjadi  rumah dan tempat tinggal, karena tidak ada pertemuan lain yang bisa menandingi. 


Rencana Tuhan harus diselesaikan dengan cara Tuhan mengikuti waktu Tuhan

Jumat, 24 Januari 2020

Menghidupi Hak Kesulungan

Jumat, 24 Januari 2020 (27 Tevet 5780)


Menghidupi Hak Kesulungan

Bacaan :  Kej 25:27-34

Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" 
Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.
(Kej 25:32)

Pertanyaan Esau adalah pertanyaan yang sangat penting untuk dijawab dengan benar, "apakah gunanya hak kesulungan itu".  Kisah hidup Yakub dan Esau menjadi bertolak belakang, Yakub menjadi Israel (pahlawan Allah), bahkan namanya menjadi nama bangsa terpiliha.  Yakub menjadi "pendiri bangsa" atau (founding father) dari Israel, sementar Esau akhirnya menjadi pendiri bangsa Edom yang melawan Tuhan.

Juali beli (trading) antara Yakub dan Esau ini berharga sangat mahal. Roti dan kacang merah menjadi penukar bagi hak yang mahal, hak kesulungan.  Dalam surat Ibrani, perbuatan Esau menjual hak keesulungan disebut sebagai nafsu yang rendah, membuang berkat, dan tidak bisa dicari lagi.
Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. (Ibr 12:16-17)
Lalu apa artinya hak kesulungan itu sebenarnya bagi kita? Paulus kepada jemaat Roma, Korintus, Kolose, dan orang-orang Ibrani perantauan mengajarkan bahwa Yesus adalah yang sulung (Rom 8:29; I Kor 15 20,23; Kol 1:15,18; Ibr 1:6), dan jemaat Roma telah menerima karunia sulung Roh (Rom 8:23).  

Hal ini jelas merujuk bahwa didalam Yesus ada hak kesulungan yang digambarkan perjanjian lama.Didalam Yesus kita memiliki hak kesulungan yang berupa warisan rohani dari Abraham (Gal 3:29). Itulah yang disebut Paulus sebagai karunia sulung Roh yang sudah diterima (Rom 8:23). 

Menjual hak kesulungan berarti menukar Yesus dalam hidup kita dengan hal-hak duniawi.  Hal ini serupa dengan ujian pertama Yesus di padang gurun. 
Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Mat 4:3-4)
Inilah yang disebut pragamatisme. Kehidupan yang disederhanakan hanya pada soal perut dan kehilangan arti kekekalan. Hak kesulungan diberikan karena rencana besar Allah trinitas untuk membawa kembali manusia kembali kerencana semua, menjadi keluarga Ilahi dalam KerajaanNya bersama-sama Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Tapi kebutuhan, keinginan, dan mata yang dibutakan membuat kita hanya memandang yang didepan mata jasmani.  Daud pernah melakukan kesalahan fatal dengan mengambil istri orang, dan membunuh suaminya, dan dia berteriak dalam Maz 51, tidak akan mengulang lagi.  Dia tidak mau kehilangan sukacita keselamatan itu.  Dosa itu membuat dia sungguh-sungguh bertobat dengan penyesalan sangat dalam.
Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! (Maz 51:11-12)
Dunia adalah dunia perdagangan. secara rohani, setiap hari kita akan ditawari untuk menjual dan membeli sesuatu .  Jangan jual Yesus dan berkat-berkatnya, jangan beli dari sijahat semua kebohongan dan segala kutuknya. 

Pendalaman Alkitab:
Kata berkat dalam bahasa Yunani memakai kata eulogia (G2129) yang artinya pujian, ucapan syukur, ucapan untuk memuji seseorang. Padanan kata dalam bahasa Ibrani berakah (h1294) digunakan dalam II Taw 20:26 sebagai lembah pujian.  Dalam bahasa Arab kata yang sama menjadi barokah yang artinya nikmat, dan berkah. Dalam pujian mengandung berkat, dan dalam berkat mengandung pujian, itulah nikmat yang Tuhan berikan.


Yesus membeli kita dengan harga mahal,
tapi kita sering menggadaikan dengan murah.


Kamis, 23 Januari 2020

Kitab Kehidupan

Kamis, 23 Januari 2020 (26 Tevet 5780)


Kitab Kehidupan

Bacaan :  Kej 25:20-26
Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."
(Kej 25:23)

Anak perjanjian Abraham dan Sarah, Ishak memiliki istri Ribka yang juga mandul. Tapi karena doa Ishak (Kej 25:21) maka terbukalah kandungan istrinya. Ishak hidup dalam perjanjian kekal Abraham dan Tuhan, maka doa untuk anak adalah bagian dari perjanjian itu.

Doa Ishak seperti itu memiliki legalitas rohani karena sesuai dengan rencana besar Tuhan untuk Abraham.  Rencana-rencana Tuhan atas hidup kita tertulis dalam kitab-kitab kehidupan. Yesus Kristus dikatakan datang dalam gulungan kitab.
Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." (Ibr 5:7)
Anak yang dikandung Ribka, Yakub dan Esau, sejak dikandungan pun telah memperlihatkan memiliki sebuah panggilan.  Dua janin bayi itu tidak disebut bayi, atau anak tapi disebut, "Dua bangsa"  

Esau (yang sulung) pada akhirnya benar menjadi yang hamba atas Yakub (Israel) yang lebih muda. Sebuah perkataan dan peristiwa profetik yang memperlihatkan bahwa keberadaan kita dimuka bumi bukanlah hal yang kebetulan. Tuhan punya rencana. 

Setiap kali permasalahan dan tantangan kehidupan kita hadapi, kita harus kembali dulu kepada kebenaran dasar ini, bahwa ada gulungan kitab yang tertulis tentang kita. Tulisan yang dibuat oleh pencipta kita sendiri.  Itulah yang disebut destiny atau tujuan akhir kehidupan.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. (Maz 139:13-14) 
Sebagai arsitek kehidupan, Tuhan yang mendesain dan merencanakan setiap kehidupan kita sehingga tersusun rapi menjadi satu tujuan bersama.  Artinya, kitab kehidupan kita selalu berhubungan dengan kitab kehidupan orang lain, dan bersama-sama kita disusun menjadi buku yang sama.

Kita tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri, karena kita bagian dari cerita yang lebih besar. Dan cerita itu melibatkan begitu banyak orang, keluarga, komunitas, suku, kota, dan bangsa. Kitab kehidupan kita bagian dari buku Tuhan, kita hanya paragraf, atau mungkin bab dari buku besar itu. 
Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (I Pet 2:4-5)

Temukan kitab kehidupan kita, dan hidupi setiap kata, kalimat, paragraf, dan bab demi bab sampai titik terakhir kitab itu. Itulah kehidupan sejati yang Tuhan rancangkan untuk kita (Yes 52:8-9). Rancangan masa depan yang penuh harapan (Yer 29:11). 


Pendalaman Alkitab:
Kata hidup dalam bahasa Yunani memakai kata zao (G2198) yang artinya hidup, bernafas, vitalitas, tidak mati.  Dari kata ini terbentuk kata zoe (g2222) yang artinya hidup yang kekal, antitesis dari bios (G979) yang artinya kehidupan jasmani sehari-hari. Kelahiran baru (Yoh 3), dan ciptaan baru (II Kor 5:17) adalah perpindahan manusia biologis kita menjadi manusia roh (kekal). Yesulah jalan, dan kebenaran, dan zoe. (Yoh 14:6)


Kehilangan kitab kehidupan kita adalah kehilangan arti kehidupan.


Rabu, 22 Januari 2020

Persembahkanlah Dia

Rabu, 22 Januari 2020 (25 Tevet 5780)


Persembahkanlah dia

Bacaan :  Kej 22:1-24

Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
(Kej 22:2)

Hidup dalam mandat Ilahi adalah hidup seperti pasukan komando. Apapun yang menjadi tugas, tidak pernah dipertanyakan, hanya dilakukan. Bukan hal yang mudah bagi anak-anak rohani. Sebuah ketaatan yang sempurna yang tidak memberikan ruang sedikitpun untuk negosiasi.

Perintah Tuhan kepada Abraham untuk mengambil dan mengorbankan Ishak, anak tunggal dengan Sarah, yang sudah sudah dijanjikan sedemikian lama, dan juga merupakan anak mujizat karena lahir di masa tua, dan kemandulan, adalah perintah yang sangat sulit.

Perintah "persembahkanlah dia!" adalah perintah yang tidak membuka ruang untuk mengatakan tidak. Tuhan tidak main-main dengan perintah itu. Dia hanya membutuhkan ketaatan Abraham, meskipun perintah itu tidak masuk akal.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (II Tim 2:4)
Paulus memberikan pesan di masa tuanya kepada Timotius supaya Timotius selalu berjuang seperti seorang prajurit, dan tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal yang sementara. Artinya, fokus dan terus menghidupi panggilan, dan mandat yang diberikan.

Janda Sarfat dan Nabi Elia (II Raj 17:8-16) memperlihatkan bagaimana janda yang sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, karena kelaparan, tetapi memberikan segenggam roti sisa yang dimilikinya untuk sang Nabi, karena diminta Tuhan.  Dan ketaatan itu membuka pintu mujizat.  

Ketaatan, dan pengorbanan Abraham adalah sebuah analogi yang memperlihatkan apa yang dilakukan Bapa disurga untuk umat manusia yaitu memberikan anaknya yang tunggal, Yesus Kristus, kepada kita semua (Yoh 3:16).

Tidak ada jalan lain, satu-satunya jalan adalah menyelesaikan mandat sampai selesai.  Yesus pun pernah mencoba menawar, "jika sekiranya mungkin, cawan ini lalu daripadaku" (Mat 26:39). Tapi ketika jawabannya adalah tidak, sebagai Anak dia belajar taat sampai mati, yaitu sampai semua pekerjaanNya dibumi diselesaikan (Ibr 5:8)

Tuhan bukan Bapa yang jahat. Dia minta yang terbaik untuk kita persembahkan karena Dia tahu apa yang terbaik yang bisa Dia berikan untuk kita. Seringkali kita melihat perintahNya sebagai sebuah beban tapi sebenarnya perintah-perintahnya tidak berat, apabila kita melakukannya dengan pengertian akan kasih. 
Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, (I Yoh 5:3)
Pendalaman Alkitab:
Kata taat dalam bahasa Yunani memakai kata hupakoe (G5128) yang artinya kepatuhan, kerelaan, kepasrahan, penyerahan, kepatuhan. Ketaatan dalam hupakoe adalah ketaatan mutlak (Ib 5:8), melawaan hawa nafsu (I Pet 1:14), memiliki kekuasaan (II Kor 10:5-6), dua jenis yaitu kepada dosa atau kepada kebenaran (Rm 6:16)


Ketaatan yang muncul dari Kasih membuka pintu mujizat