Jumat, 31 Januari 2020

Manusia Rohani

Jumat, 31Januari 2020 (5 Shevat 5780)


Manusia Rohani

Bacaan :  Kej 41:37-57

Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."  
(Kej 41:39-40)

Firaun di jaman itu adalah orang yang paling berpengaruh di seluruh dunia, tapi dia menyerahkan semua kekuasaan dan operasional kerajaan Mesir kepada seorang tahanan. Yusuf "hanya mengartikan" mimpi Firaun, dan juru minum, tidak memiliki pengalaman sebagai penguasa, belum pernah bertemu dengan Firaus sebelumnya, tidak memiliki latar belakang apapun untuk bisa menduduki jabatan setinggi itu.  Pertanyaannya, bagaimana mungkin?
Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?"  (Kej 41:38)
Yang dilihat Firaun dari Yusuf adalah Roh Allah yang memenuhi dirinya. Frasa " in whom is a divine spirit?" (NASB) memperlihatkan bukan hanya dipenuhi, tetapi adalah ruach elohim (Ibrani) itu sendiri.  Artinya, Firaun melihat Yusuf bukan sebagai manusia biasa, tapi sebagai manusia rohani, atau manusia Allah yang adalah bagian yang manunggal dengan Allah.

Kata memberitahukan dipergunakan menggunak kata yada (Ibrani)  yang artinya mengenal dengan intim seperti suami istri. Yusuf hidup didalam rencana Tuhan, dan Tuhan hidup didalam Yusuf melalui pengenalannya akan pribadi Tuhannya.  Itu yang membuat  Firaun yang adalah perwakilan dewa-dewa Mesir, dan dipercaya sebagai bagian dari dewa ra (dewa matahari) mengenali Ruach Elohim, yang lebih berkuasa, bijaksana, dari dirinya sendiri. 

Paulus menyebut Timotius sebagai manusia Allah (theos antrophos theos) sebuah sebutan yang merujuk atau sinomin kepada manusia rohani (pneumatikos anthropos) (Kor 2:
Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. (I Tim 6:11)
Kesatuan Ilahi (oneness) antara Tuhan dan kita adalah satu-satunya cara kita menjadi manusa rohani yang memiliki pikiran, perasaan, dan kehendakNya (1 Kor 2:14-16; 3:1; Gal 6:1-2). Yesus memberikan penjelasan kebenaran ini dengan memberikan perumpamaan pokok anggur, dan carangnya (Yoh 15). 

Diluar manusia rohani ada manusia jiwa (psukikos anthropos) (1 Kor 2:14, Yak 3:15; Yud 1:19) yang melahirkan kemampuan alamiah manusia atau manusia daging (sarkikos anthropos) (Rom. 7:14, 1 Kor 3:1,3) yang melahirkan hawa nafsu dan kemampuan berdosa manusia. 

Yusuf tidak hanya seoarang yang secara alamiah bertalenta, atau menggunakan cara-cara berdosa untuk mengerjakan mimpi-mimpi Tuhan didalam hidupnya. Tapi Yusuf selalu hidup dalam pimpinan Roh Allah, sehingga Tuhan yang didalamnya bersinar, muncul, dan dikenali Firaun.

Kehidupan rohani seperti Yusuf yang harus kita jadikan sebagai contoh bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia, menyelesaikan mandatNya. Tidak cukup kita melatih kepintaran, dan kepandaian kita secara alamiah, tapi kita harus selalu fokus mendewasakan ciptaan yang baru (II Kor 5:17).  Ciptaan yang baru itu harus bertumbuh dewasa dan menjadi manusia rohani yang dewasa sehingga memiliki otoritas dan kuasa sepert Yusuf.


Pendalaman Alkitab:
Kata mengenal dalam bahasa Yunani dipakai kata ginosko (G1097) yang artnya mengerti, memahami, mengerti, menyadari, sampai kepada taraf hubungan terintim suami istri. Bukan hanya mengerti sebatas tahu dari luar, tetapi ginoskow memperlihatkan penyelarasan total sehingga apa yang Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan menjadi manunggal dengan kita.  Doa terkahir Yesus sebelum perjalanan ke Golgota adalah soal pengenalan, dan kesatuan Ilahi, " supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau" (Yoh 17:21).



Apabila semua adalah Tuhan dan bukan kita, apa yang kita bisa banggakan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar