Senin, 13 Januari 2020

Dimanakah Engkau?

Senin, 13 Januari 2020 (16 Tevet 5780)


Dimanakah Engkau?

Bacaan :  Kej 3:8-10

Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
(Kej 3:9)

Pertanyaan pertama yang dilontarkan Tuhan kepada Adam dan Hawa, Dimanakah engkau?" adalah pertanyaan penting yang sama yang harus dijawab setiap manusia. Ketakutan yang muncul karena dosa telah membuat manusia bersembunyi dari Tuhan, bahkan mendengar langkahnya pun rasa takut itu sudah muncul. (Kej 3:8)

Rasa takut dan gentar itulah yang disebut hati nurani. Adam dan Hawa hati nuraninya terusik, dan dia bisa merasakan rasa tidak nyaman dalam hadirat Tuhan. Bersembunyi adalah naluri kebinatangan yang muncul dari manusia setelah dosa hadir. 
Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."  (Kej 3:10)
Aku takut, aku sembunyi. Sejak saat itu sampai sekarang manusia terus lari dan bersembunyi. Dulunya Adam dan Hawa tidak malu karena telanjang, tapi dosa membuat mereka malu. Bahkan akhirnya lahirlah "pakaian" untuk menutupi ketelanjangan mereka (Kej 3:21).

Manusia yang asli adalah yang dibalik pakaian, yang paling rahasia Tuhan mengerti dan tahu semua. DihadapanNya kita semua telanjang, tidak ada yang bisa disembunyikan. 
Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. (Ibr 4:13)
Manusia berusaha terus lari dari Tuhan, karena hati nurani tidak bisa menipu. Malu, takut, bingung, dan tidak ada tujuan hidup membuat manusia selalu hidup dalam kepalsuan. Semua yang didunia didasari dengan kepalsuan yang berasal dari keinginan daging, mata, dan keangkuhan hidup (1 Yoh 2:6). 

Yesus sudah mengatakan bahwa akan ada mesias-mesias, dan nabi-nabi palsu (Mat 24:24). Paulus kepada jemaat Kolose mengatakan jangan tertawan filsafat yang palsu (Kol 2:8). Petrus mengatakan juga untuk berhati-hati  dengan guru-guru palsu dan ajaran-ajarannya yang sesat (II Pet 2:1,3).

Karena kepalsuan yang menjadi budaya dunia, kita sebagai pengikut Tuhan semakin sulit melihat yang benar, bahkan untuk melihat mandat yang benar pun menjadi kesulitan. Memiliki keluarga yang baik, pekerjaan yang mapan, anak-anak yang sehat, menjadi tujuan mimpi manusia. Sebatas sampai dengan apa yang lingkungan katakan baik. 

Dimanakah posisi kita sekarang ini? Apakah kita terus mau lari dan mengembara seperti Kain?
Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku." (Kej 4:14)
Daud berhenti berlari, sehingga dia bisa mengatakan "Kemanakah aku dapat pergi, menjauhi RohMu Tuhan?" (Maz 139:7), dia telah menemukan perhentiannya yaitu di dalam Dia (Maz 27:4). Berapa lama kita mau terus hidup dalam kepalsuan dan berlari? Ini waktunya kita berhenti seperti Daud dan mengatakan, "Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya."

Pendalaman Alkitab:
Kata palsu dipakai kata dalam bahasa Yunani, pseudo (G5571) yang artinya bohong, menyesatkan, salah, bukan sesungguhnya. Kata pseudo menjadi kata bahasa inggris yang berarti juga semu, tidak asli, dan cuma bayang-bayang.  Kehidupan yang semu, dan tidak asli, hanyalah bayang-bayang dan bukan sebenarnya.

 Diluar kehendakNya, semua adalah kepalsuan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar